Saya jadi anak kereta* sejak tahun 2008, waktu itu jenis kereta yang melewati Stasiun Sudimara ada 3 jenis: Kereta Lokomotif yang sering disebut Kereta Odong-odong, kereta Ciujung, dan Kereta Ekspress.

Masa Dulu Itu…

Jadwal kereta belum se-sering sekarang, masih sekitar setengah jam atau satu jam sekali, itupun tergantung dari tiket apa yang kita beli. Jenis kereta yang paling murah harga tiketnya itu Kereta Odong-Odong, hanya Rp. 1.500 saja, kurang dari setengah harga tiket Kereta Ciujung yang saat itu Rp. 6.000 dan ngga sampai 2% harga tiket Kereta Ekspress yang seharga Rp. 12.000.

Ngga heran kalau dengan harga Rp. 1.500 tersebut, Kereta Odong-odong selalu penuh berdesakan mulai dari jadwal paling pagi hingga jadwal paling malam. Jika beruntung, mungkin saja mendapat tempat duduk dengan colokan listrik.

Kereta yang tanpa pendingin ruangan ini mengangkut segala macam, ibarat kereta serba ada. Mulai dari penumpang yang membeli tiket, penumpang ilegal yang emoh beli tiket dan nekat naik ke atap kereta, hewan ternak seperti ayam dan kambing, serta sayur-mayur…

Ngga sampai situ saja, banyak pedagang yang berseliweran didalam gerbong yang amat sangat padat, yang dengan canggihnya bisa membawa sepikul tahu pong goreng, atau membawa minuman energi sachet beserta termos dan gelas plastik untuk langsung seduh saat ada yang memesan.

Dulu sebagai penumpang gerbong ini saya kerap membeli satu hingga dua kilo mangga dari penjual mangga (yang lagi-lagi) dengan manuvernya yang canggih mampu menerobos kepadatan manusia didalam gerbong dengan mengangkut sepikul mangga ranum.

Gerbong penumpang dengan gerbong yang berisi hewan dan sayur mayur memang dipisah, tapi suatu kali, saya pernah salah masuk dan tidak sempat pindah gerbong… Jadilah sebagai satu-satunya manusia diantara ayam, kambing dan sayur-mayur… Aroma sih jangan ditanya ya, Hahaha… aromanya ngga nempel di pakaian saja sudah cukup bersyukur kok…

Kereta ini juga memiliki sisi gelap, bukan cuma karena lampunya yang remang-remang atau bahkan tidak berfungsi di beberapa titik, tapi juga karena saking beragamnya isi gerbong kereta serba ada ini, bukan hanya pekerja kantoran dan pedagang, tetapi juga pencopet/jambret, pemabuk dan penumpang mesum.

Alhamdulillah saya ngga pernah terkena copet atau jambret, lihat pernah sih… Saat itu ada jambret yang baru saja mengambil kalung emas seorang ibu tanpa disadari oleh ibu tersebut. Sial bagi penjambret, disampingnya ada seorang pria yang melihat dan mengancam dengan suara pelan, si jambret memberikan kalung emas tersebut kepada pria yang mengancamnya. Tepat setelah kalung berpindah tangan dan kereta sedikit mengendurkan kecepatannya, pria tersebut mendorong si jambret keluar gerbong tanpa banyak orang yang menyadari bahwa ada seseorang yang didorong paksa hingga terjatuh keluar kereta dan terguling diatas tanah berbatu. Pria tersebut mengembalikan kalung emas kepada si ibu, dengan bingung si Ibu meraba lehernya dan menyadari bahwa kalungnya sudah tidak ada dilehernya.

Kali lain saya pernah melihat ada seorang pria mesum yang menggesekkan “miliknya” ke seorang wanita. Begitu melihat saya, dia berdesakan berusaha mendekati posisi saya berdiri, segera saya mengambil payung lipat saya dan menyorongkan payung saya ke perutnya hingga ia tidak bisa mendekat dan menghentikan usahanya. Fyuh, payung penyelamat..

Pernah juga saat pulang larut dari tempat saya duduk saya melihat ada seorang pria masuk kedalam gerbong sambil melayangkan pandangan sekilas ke sekeliling sebelum kemudian duduk di lantai kereta, meracau  dan meneguk sebotol bir yang dibawanya.

Kereta Lokomotif

mayoritas dari mereka lebih memilih kereta ini, bukan hanya karena harga tiketnya tetapi karena warnanya yang serupa dengan warna tim favorit mereka itu. Kalau saat sedang ada pertandingan Persija di Gelora Bung Karno bisa dipastikan semakin sulit untuk mendapatkan sekadar tempat nyempil di kereta ini, mayoritas dari mereka lebih memilih kereta ini, bukan hanya karena harga tiketnya tetapi karena warnanya yang serupa dengan warna tim favorit mereka itu. Kalau saat sedang ada pertandingan Persija di Gelora Bung Karno bisa dipastikan semakin sulit untuk mendapatkan sekadar tempat nyempil di kereta ini

Dimasa Kini…

Sudah tidak ada lagi cerita horor semacam jambret, pria mesum, pria mabuk di pojok gelap gerbong kereta atau penumpang ilegal diatas gerbong kereta kuning yang diproduksi oleh PT Inka di Madiun ini.

Baca juga: Parahyangan Premium; Kereta Ekonomi Rasa Eksekutif

Tiket dijual hanya sebatas jumlah kursinya, nyempil dan berdesakan hanya tinggal cerita, udara dingin sepoi-sepoi pun terasa begitu memasuki gerbong, ini karena kereta sudah dilengkapi dengan pendingin.

Kereta Odong-Odong Kini

Bukan seperti pendingin di Kereta Rangkaian Listrik, tetapi AC split seperti yang biasa ditemui di rumah-rumah… awalnya terlihat lucu, tetapi setelah agak dipikir-pikir, betul juga sih… lebih baik berusaha memaksimalkan sumber daya yang ada, toh belum semua stasiun yang dilewati oleh kereta ini memiliki rangkaian listrik, saat ini rangkaian listrik hanya sampai stasiun Rangkas Bitung, suatu perkembangan setelah sebelumnya rangkaian listrik hanya sampai Stasiun Serpong saja.

Pedagang sudah tidak ada lagi berseliweran di dalam gerbong, ini karena setiap penumpang yang masuk ke dalam stasiun wajib membeli tiket untuk masuk menuju peron serta adanya batasan barang yang dibawa, seperti kalau mau check in bandara.

Oiya, kereta ini bukan lagi kereta yang berhenti di setiap stasiun, jika hendak menaiki kereta ini hanya dapat melalui beberapa Stasiun yang ditunjuk, seperti Stasiun Kebayoran, Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Rangkas Bitung.

Colokan listrik tetap dipertahankan, dulu colokan tidak terlalu penting untuk saya karena telepon selular hanya untuk telepon, SMS dan BBM, sehingga kalau sudah sempat mengisi daya dengan penuh di kantor, ngga perlu lagi mengisi daya di kereta… namun saat telepon selular mampu melakukan banyak hal seperti sekarang, baterai lumayan cepat habisnya, colokan menjadi hal yang krusial… kamu juga gitu khan? ayo ngaku… ngaku…

====

*Anak Kereta = sebutan untuk penumpang reguler kereta

Baca Juga: Terminal 3, Terminal kekinian di Bandara Soekarno Hatta