Mendengar Belitung, pasti semua orang langsung teringat akan Laskar Pelangi, atau malah ingat akan tokoh-tokoh politik yang nge hits banget beberapa bulan terakhir..
Tapi Belitung bukan hanya Kopi Mangar yang sudah melegenda ratusan tahun, Laskar Pelangi dengan Ibu Muslimah-nya, maupun Danau Kaolin yang menyerupai pemandangan gunung es di Islandia.
Hari itu saya bersama teman-teman saya berangkat menuju Belitung khusus untuk mencicipi surga baru di selatan Tanjung Pandan. Mendengar rekomendasi ngga ubahnya seperti mendengar gosip saja, pembuktian itu perlu..
Waktu Tempuh
Hanya membutuhkan satu jam penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara H.A.S Hanandjoeddin. Setelah mampir sebentar di warung kopi legendaris Kong Djie, kami berangkat sedikit ke arah selatan menuju Pelabuhan Ru dengan menggunakan mobil, kira-kira sekitar dua jam perjalanan…
Jalan di Belitung jauh lebih lengang dari Jakarta, komposisi antara jalanan yang tersedia dengan jumlah kendaraan sangat pas, sehingga kemacetan seperti sebuah kemustahilan.
Sepanjang jalan, saya memperhatikan bahwa rumah warga belitung tidak ada yang menggunakan genteng bata, sebagian besar terbuat dari seng, sisanya terbuat dari sirap baja ringan.
Pak Darmawan yang hari itu berbaik hati menjemput dan mengantarkan kami ke Pulau Leebong bilang, warga belitung percaya bahwa manusia yang masih hidup tidak boleh tinggal dibawah genteng yang terbuat dari tanah, karena yang tinggal dibawah tanah hanya untuk mereka yang sudah almarhum.
Sepanjang jalan Pak Darmawan banyak bercerita mengenai Belitung, mulai dari tempat tujuan kami nanti, itinerary kami, hingga tingkat kriminalitas yang rendah di Belitung.
Saya mendengarkan penjelasan Pak Darmawan sambil menekuri kiri kanan jalan yang masih asri dengan tumbuhan liar hingga dua jam terasa sebentar.
Kami tiba di Pelabuhan Ru sekitar jam 2 siang, dan untuk mempersingkat waktu, kami lekas berlayar menuju Pulau Leebong setelah (tentunya) berfoto ramai-ramai.
Pulau 37 Hektar
Baru sebentar mendaratkan bokong di kursi kapal, sudah terlihat sebuah hamparan putih dari pasir pantai Pulau Leebong, surga perdana yang saya nikmati hari itu.
Sebuah dermaga kayu panjang dengan rumah pohon ditepinya menyambut kami masuk pulau, rumah pohon itu selain digunakan sebagai menara pantau, bisa juga digunakan sebagai tempat duduk sore sembari memandangi laut dan menyeruput kopi hitam.
Baca juga: Melancong ke Leebong
Saat kami datang, banyak penduduk Belitung yang sedang berlibur, satu atau dua keluarga besar, sepertinya..
Semua sibuk dengan kesenangan masing-masing, ada yang menaiki kano, berayun di hammock warna warni yang letaknya ditengah laut saat air pasang, bersepeda, atau sekedar mengawasi anak-anak yang bermain.
Bermain di laut sekitar Pulau Leebong bisa dibilang cukup aman, karena Pulau Leebong dikelilingi oleh laut dangkal, sehingga ombak adalah hal langka yang dapat terjadi.
Dikala semua pengunjung Pulau Leebong pulang, kami menginap di villa cantik di pulau ini. Sebagian dari kami menginap di sebuah kamar kayu besar dengan wangi cendana yang menguar dari kursi-kursi kayu, dan sebagian lagi menginap di villa pohon.
Namun sebelum kami menuju kamar kami masing-masing, kami terlebih dahulu menyambangi rumah makan di Pulau Leebong… (bersambung)
Baca juga: ke Leebong dapat bonus ini
========
Map:
Aaakk masih belum puas main di Leebong, belum ketemu sama matahari dan langit biru di sana. Jadi pengen mengulang lagi. Yuk…yuk..yuk… nabung buat merencanakan lagi kesana.
SukaSuka
Dunia lain yang melenakan sesaat ya Tami. Sukak Tami di rumah pohon itu. Semoga terulang lagi ya ke Leebong di cuaca yg ceraaahhh ^_^
SukaSuka
Leebong jadi bikin kangen. Baru pulang udah langsung pengen krmbali lagi. Seneng jalan sama temen-temen semuanyaaa
SukaSuka
Lebong, akan selalu aku ingat dan berusaha untuk kembali kesana di musim panas dan matahari yang cerah.. pokoknya Lebong i love you full
SukaSuka
Emang kudu harus balik kesana.. Semoga pas cuaca bagus..
SukaSuka
Aminnnn mba
SukaSuka
Baru juga check in pulang ke Jakarta, udah mikir buat balik kesini lagi.. Hehehe
SukaSuka
Yah, ada kelanjutannya, padahal udah siapkan kopi untuk menikmati sampai akhir hehehe
SukaSuka
harus sampe selesai dong.. tuang lagi kopinya..
SukaSuka
Dunia lain yang ini bikin betah yaa.. Rasanya gak pengen buru-buru melambaikan tangan ke kamera, eh.. gak pengen buru-buru pulang maksudnya..
SukaSuka
Membaca tulisan ini, aku seperti terbawa ke “dunia lain”, dunia yang bikin tidak ingin cepat pulang dari Leebong…
Begitulah Leebong..
Senang kali ini bisa ke pulau cantik ini lagi bareng Tami dan semua kawan blogger lainnya.
SukaSuka
Thank u udah ngajak aku mbaaak… Seneng banget.. 😘
SukaSuka