Yogyakarta Itu ….

Pada awal tahun 1947 dulu, situasi keamanan Jakarta sebagai ibukota negara berada dalam level gawat. Pasukan Sekutu (AFNEI, Allied Forces in Netherlands East Indies), diboncengi tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mulai melakukan razia-razia dan penangkapan atas pejuang kemerdekaan Indonesia. Bahkan beberapa kali terjadi kontak senjata terutama di daerah perbatasan kota, seperti Meester Cornelis (Jatinegara dan Bekasi), dan Pasar Minggu. Penjarahan dan perampokan terjadi dimana-mana.

Saat itu pasukan Jepang yang belum ditarik sepenuhnya, konflik antar pemimpin perjuangan dan upaya penculikan dan pembunuhan atas Presiden Soekarno dan pejabat tinggi pemerintah RI lainnya akibat tidak setuju dengan terbentuknya pemerintahan baru membuat situasi semakin runyam. Hingga pada 2 Januari 1946Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII mengirimkan surat yang isinya mempersilakan apabila pemerintah RI bersedia memindahkan ibu kota RIS ke Yogyakarta atas jaminan mereka berdua. Tawaran bersambut, Bung Karno dan kawan-kawan yang segera membahas persiapannya keesokan harinya dalam sidang kabinet tertutup.

Sejarah Yogyakarta yang sempat menjadi Ibukota RIS itulah yang kemudian membuat Yogyakarta menyandang nama ‘istimewa’ disebelah namanya.

Dan meskipun tidak berhubungan dengan sejarah, keistimewaan Yogya dan orang-orangnya saya ingat dalam sekali waktu saya solo traveling kesana.

1. Orang Yogya itu Humoris

Waktu saya menginap di Eduhostel, mereka menempelkan stiker itu di beberapa tempat. Sementara ditempat lain tertulis:

“Gunakan tangga, ke lantai 1 turun 1 kg, ke lantai 2 turun 2kg. Kalau mau dobel, naik sambil gendong pasangan.”

2. Orang Yogya itu Sangat Suka Makanan Manis

Awal-awal pasti kaget sama rasanya. Kebayang dong pesan kopi sobek kapucino yang harusnya tinggal diseduh, ternyata masih ditambahi gula satu sendok makan!!. Saat melihat itu rasanya seperti adegan slomo, saat si ibu peracik minuman menuangkan gula dan mulut saya yang bilang “tiiiidaaaaakkk” — etapi itu hanya imajinasi hiperbola saya saja sih, hahaha… nyatanya si kopi sobek terhidang seperti apa kebiasaan disana, ditambah gula satu sendok makan.

Berbekal kejadian itu, setiap memesan makanan saya pasti bilang tanpa gula, es teh tawar atau kopi pahit. Harus bilang, kalau lupa bilang jangan salahkan kalau yang tersaji pasti mengandung gula.

Tapi soal makanan nggak usah khawatir, makanan disini enak-enak dan muuurrrraaaahhh…. Pertama kali bayar makanan disana sampai nanya harga dua kali, kuatir salah denger.

3. Orang Yogya itu Demen Ngobrol

Nggak usah kuatir kesepian saat di Yogya. Orang-orangnya senang sekali diajak ngobrol. Sekali waktu saya naik becak dan ngobrol panjang lebar sama abangnya, mulai dari perkembangan kota, rencana pemerintah membangun flyover hingga keberatan masyarakat dengan flyover itu. Kuatir crowded  seperti Jakarta.

4. Di Yogya itu Banyak Becak

Ya, bahkan becak juga menjadi transportasi official dari hotel-hotel disana.

Kalau di daerah lain banyak taksi ngetem di hotel, di Yogya becak-lah yang ngetem. Di body becak juga tertera nama hotelnya beserta nomor becak.

Becak as official hotel transportation

5. Orang Yogya itu Santuy

Beneran, begitu kaki menginjak Yogyakarta, aura santai langsung terasa. Waktu terasa berjalan lambat disini sehingga meskipun sudah menyambangi beberapa tempat ternyata masih ada waktu untuk melakukan hal yang lainnya.

Budaya selow nampaknya sudah mengakar di masyarakatnya, ngga ada tuh kamus terburu-buru disini. Kalau mau trip yang santaaaai, ke Yogya itu iya banget.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.