Baru-baru ini nama sorghum kembali naik setelah beberapa pejabat negara menyebutnya sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Namun sejatinya, sorghum bukan ‘barang baru’ di Indonesia, seperti Nur Rahmi Yanti yang telah menggeluti sorghum sejak 2017. Ditangannya, sorghum yang memiliki banyak nutrisi, divariasikan hingga 25 produk termasuk membuat edible fork & spoon, yaitu garpu dan sendok yang dapat dimakan karena terbuat dari sorghum. 

Sorghum merupakan tanaman serealia yang berada pada posisi kelima dalam hal volume produksi. Sorghum kaya akan nutrisi alami dan mudah ditambahkan ke dalam menu makanan. Selain dimasak seperti beras, juga dapat dijadikan tepung, bahkan juga menjadi sirup gula sorghum untuk menggantikan gula tebu.

Nutrisi yang terkandung pada sorghum 

Sorghum kaya akan berbagai macam nutrisi, termasuk vitamin B, yang berperan penting dalam metabolisme, perkembangan sel saraf, serta kesehatan rambut dan kulit.

Sorghum juga merupakan sumber kaya magnesium, mineral yang penting untuk pembentukan tulang, kesehatan jantung, dan metabolisme.

Selain itu, sorghum mengandung antioksidan yang tinggi seperti flavonoid, asam fenolik, dan tanin. Seperti yang diketahui, mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan dapat menurunkan stres oksidatif dan peradangan dalam tubuh.

Sorgum dibudidayakan secara luas di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Sepuluh produsen sorgum terbesar adalah Amerika Serikat, Sudan, Meksiko, Nigeria, India, Niger, Ethiopia, Australia, Brasil, dan Cina.
Tanaman Sorghum. Sumber: WikiFarmer

Setengah cangkir sorghum menyediakan lebih dari 7 gram serat, yang berarti sekitar 25% dari asupan serat harian yang direkomendasikan. Pola makan yang kaya serat dapat membantu mengatur berat badan, menurunkan kolesterol, menstabilkan kadar gula darah, dan mencegah sembelit.

Selain 7 gram serat, setengah cangkir sorghum mentah (100 gram) mengandung 329 kalori, 11 gram protein, 3 gram lemak dan 72 gram karbohidrat. Serta mengandung mikronutrien penting yaitu magnesium, vitamin B1 (thiamin), vitamin B6, zat besi, fosfor, kalium, selenium, tembaga dan seng.

Ternyata sorghum telah dikonsumsi sejak dahulu kala

Kalah pamor dengan beras (oryza sativa) membuat umumnya masyarakat merasa sorghum adalah bahan makanan baru. Padahal sorghum telah menjadi bahan makanan pokok saat Indonesia di masa lalu.

Sorghum dikenal dengan beragam nama di Indonesia. Dikenal dengan nama cantel, gandrung, atau jagomutri di Jawa, Buleleng di Nusa Tenggara Barat (NTB), Sela (Flores), Dela (Solor), jhaghung bulir atau oncèr (Madura) dan wataru hamu (Sumba).

Sorghum sangat beradaptasi dengan sistem agroekologi yang panas dan kering (semi-kering), di mana biji-bijian pangan lainnya sulit untuk dibudidayakan.

Selain tidak membutuhkan banyak air, sorghum dapat tumbuh dengan input yang minimal (dalam kondisi kesuburan tanah yang rendah, kondisi tadah hujan dengan curah hujan yang tidak menentu dan tidak mencukupi dengan menggunakan kultivar tradisional yang memiliki hasil panen yang rendah; dan juga tidak banyak hama dan penyakit yang memengaruhi hasil panen).

Di sisi lain, sorghum memiliki potensi hasil panen yang sangat baik, setara dengan beras, gandum, dan jagung bahkan memiliki hingga empat kali masa panen dalam satu tahun.

Bagian tumbuhan sorghum yang dapat dimanfaatkan

Dikutip dari Dinas Ketahanan Pangan, tanaman sorghum dapat dimanfaatkan mulai dari biji batang, daun, hingga akarnya. 

Bulir Sorghum dapat diolah menjadi nasi dan bubur, atau digiling untuk dijadikan tepung sorghum, bahan pembuat kue dan roti pengganti tepung terigu. 

Batang muda sorghum mempunyai rasa manis sehingga dapat diolah menjadi sirup gula. Kandungan brix atau kadar gula dalam varietas sorguhm cukup tinggi bahkan bisa sama dengan tebu.

Gula dari batang muda sorghum. Sumber: Instagram yantsorghum

Sementara akar sorghum merupakan jamu yang berkhasiat memperlancar peredaran darah. Daun sorghum dapat digunakan menjadi pewarna makanan yang aman untuk kesehatan.

Ampas batang dan daun sorguhm pun masih bisa dimanfaatkan yaitu sebagai pakan ternak.

Perjalanan Nur Rahmi Yanti mengelola sorghum

“Jadi awalnya itu diajak salah satu pemerintah yang ada di NTB ikut pameran.” tutur Nur Rahmi Yanti membuka pembicaraan.

Wanita yang akrab disapa Yanti ini menyatakan bahwa pada awal ia diperkenalkan dengan sorghum, ia menyadari bahwa belum banyak masyarakat yang menggali potensi sorghum.

“Waktu itu mau ikut kompetisi wirausaha muda, saya mencari apa yang menjadi pembeda. Saya memilih sorghum, eh terpilih masuk ke tingkat nasional mewakili NTB.” kisah Yanti.

Yanti juga mengungkapkan bahwa saat itu ia belum mengetahui apa saja yang dapat ia hasilkan dari sorghum, dengan mengikuti kompetisi ia berkesempatan memperluas jaringan pertemanannya, bertemu mitra, dan menyadari bahwa ternyata pasar sorghum itu luas.

Nur Rahmi Yanti dengan produk sorghumnya. Sumber: metrotnb

Ia juga menceritakan keikutsertaannya pada ajang Satu Indonesia Award yang diusung oleh Astra, “(Ikut) yang diusung sama Astra, waktu itu Tempo datang langsung, rekam videonya sampai hampir 3 hari. Wah tidak main-main kompetisi itu, bukan hanya kumpulin persentasi PPT trus nanti kita persentasi langsung. (Terpilih) pergi ke Jakarta, saya bawa beras, tepung sama gula (dari sorghum).”

Kompetisi demi kompetisi diikuti Yanti dan seiring waktu berjalan, ia dan para petani berhasil memperoleh pendapatan yang cukup baik melalui sorghum.

Sebelumnya sorghum ditanam untuk digunakan sebagai pakan ternak, namun dengan pengetahuan mengenai potensi sorghum baik dari sisi nutrisi ataupun dari sisi pendapatan, Yanti bersama para mitranya bekerjasama mengembangkan sorghum.

Perkembangan bisnis sorghum Nur Rahmi Yanti

Dukungan Astra terus dirasakan oleh Yanti sepanjang membesarkan CV Yant Sorghum, nama bisnis sorghum yang dikelolanya. Peluang terus berdatangan sejak menjadi penerima SATU Indonesia Awards Tingkat Provinsi di tahun 2017.

Berkat CSR dari SATU Indonesia Awards dan Astra serta kegigihannya, ia mampu mengembangkan berbagai produk turunan sorghum melalui Desa Sejahtera Astra Sorghum Lombok. Dukungan Astra tidak terbatas pada permodalan, namun juga pembinaan, hingga pengembangan sorghum.

Seiring berjalannya waktu, pangsa pasar CV Yant Sorghum pun meluas hingga keluar NTB, seperti Jakarta, Bali, Malang, Pekanbaru, Jakarta, Surabaya dan Medan, bahkan merambah ke negara lain. “Saya mulai mengekspor kue dari bahan baku sorghum sejak 2020. Awalnya ke Singapura, Belanda dan China sebanyak 1.000 buah dengan nilai yang masih relatif kecil, hanya Rp 20 juta,” ungkapnya.

Memulai dari modal awal kurang dari 20juta, Yanti berhasil berkembang hingga mencapai omset di atas 100 juta perbulan saat ini. 

Produk makanan ringan dari Yant Sorghum
Keripik Tempe Sorghum (kiri) dan Cookies Sorghum (kanan). Sumber: Instagram yantsorghum
Keciput Sorghum (kiri), Rice Sorghum (tengah) dan Roll Sorghum (kanan).
Sumber. Instagram yantsorghum

Produk Yant Sorghum juga semakin variatif, meliputi beras sorghum, tepung sorghum, gula cair sorghum, kue kering dari tepung sorghum, minuman kesehatan sorghum, popcorn sorghum, kerupuk sorghum, keripik daun sorghum, serta dendeng daun sorghum.

Pada 2021, Yanti menerima permintaan kemitraan bisnis dari Turki dan Dubai dengan total ekspor sebesar Rp.40 juta. Angka ini naik 100% dibandingkan tahun 2020. Tidak hanya sampai situ, pasar ekspornya naik kembali pada tahun 2022, produknya merambah dua negara tetangga yakni Malaysia dan Timor Leste dengan total pengiriman barang senilai Rp 700 juta.

Ada 10 jenis produk yang ia ekspor, yaitu: beras sorghum, tepung sorghum, biskuit sorghum, keripik tempe sorghum, roll sorghum, puff sorghum, keciput sorghum, stik bawang sorghum, gula cair sorghum kemasan botol dan saset, juga alat makan edible (dapat dimakan) seperti sendok dan garpu berbahan sorghum.

Produknya tidak hanya dijual di toko offline, melainkan juga di hotel dan restoran. Ia juga menambahkan, untuk mempermudah akses konsumen, Yant Sorghum juga memiliki instagram serta berjualan melalui toko online.

Pemilik merek dagang Yant Shorgum Healthy itu juga menyatakan bahwa volume serapan sorghum dari petani binaan terus bertambah. Volume awal adalah sebesar 5 ton per bulan, dan kini menjadi 10 ton per bulan. 

Saat ini sorghum yang diolahnya berasal dari petani di NTB yang tersebar di 22 desa di lima kabupaten/kota, yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Lombok Timur. 

Sisi positif perkembangan bisnis Yant Sorghum milik Nur Rahmi Yanti

Perkembangan bisnis Yanti tidak hanya positif dalam hal cuan alias pendapatan bagi CV yang dikelolanya dan mitra-mitranya, tetapi juga memiliki beberapa dampak positif lain, yaitu:

1. Membuat masyarakat memahami bahwa ada bahan makanan diluar beras dan tepung yang dapat dikonsumsi dengan kandungan nutrisi yang sangat baik.

2. Mendukung pemerintah dalam mengatasi kemungkinan krisis pangan akibat ketergantungan terhadap beras.

3. Berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat dengan bertambahnya opsi makanan sehat, baik bagi masyarakat yang sulit membeli beras akibat harganya yang terus merangkak naik, juga bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan untuk mengonsumsi makanan non gluten.

4. Mengoptimalkan seluruh bagian tanaman sorghum sehingga dapat dikatakan zero waste, mulai dari bulir, daun, batang, akar hingga ampas sisa pengolahan sorghum.

5. Dengan mengoptimalkan hasil sorghum dari daerah sendiri selain Yant Sorghum dapat menghemat biaya transportasi juga mencegah panjangnya jejak karbon. 

6. Edible fork & spoon merupakan inovasi Yant Sorghum dalam memberikan opsi alat makan non plastik.

Edible fork and spoon, solusi alat makan non plastik dari Yant Sorghum.
Sumber: Instagram yantsorghum
Edible fork and spoon, solusi alat makan non plastik dari Yant Sorghum.
Sumber: Instagram yantsorghum

Langkah nyata yang dijalani Nur Rahmi Yanti melalui sorghum, membuktikan bahwa keberlangsungan cuan dapat berjalan seiring dengan keberlangsungan lingkungan, serta mendukung tujuan masyarakat sehat tanpa malnutrisi.

Ini adalah jalan inspiratif yang dapat ditiru oleh banyak orang dan banyak bisnis lain, demi masa depan yang lebih baik.

===

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia

Baca juga: Benny Santoso, Gunakan Tempe untuk Diplomasi Budaya dan Gerakan Ramah Lingkungan Demi Masa Depan