Bahasa Indonesia banyak menyerap Bahasa Sansekerta, bukan hal yang mengherankan mengingat wilayah-wilayah yang kini bersatu sebagai Indonesia memiliki hubungan sejak abad ke-5 Masehi dengan para pedagang India dan pendeta Hindu. Bahkan Indonesia sempat memiliki tempat ibadah Hindu-Budha terkenal karena memiliki kompleks percandian terluas di Asia Tenggara yaitu Situs Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Dibangun dimasa kejayaan Sriwijaya abad 7-12 Masehi.
Bahasa Sansekerta yang kemudian diserap menjadi Bahasa Indonesia itu termasuk kata “wisata” dan “pariwisata”.
Secara etimologi kata “pari” berarti banyak, berkali-kali atau berkeliling, sedangkan “wisata” berarti perjalanan. Sehingga secara harfiah kata “pariwisata” berarti melakukan perjalanan berkali-kali.
Selain kata “pariwisata”, kata yang berhubungan dengan berwisata yang kemudian diserap ke Bahasa Indonesia adalah “plesier” (Bhs. Belanda), “pique-nique” (Bhs. Perancis) yang diserap menjadi kata “piknik”, “vacantie” ( Bhs. Belanda) yang diserap menjadi “pakansi”.
“Wisata” adalah sebuah istilah kuno (archaic name) yang sebetulnya menandakan bahwa wisata telah lama familiar, dan dilakukan oleh orang dalam lintas masa, lintas area maupun lintas lapis sosial untuk beragam maksud dan tujuan.
Hunzieker dan Kraff (dalam Yoeti; 1996: 115) menyatakan : “Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala pariwisata yang timbul dari adanya perjalanannya tidak untuk
menetap dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan mencari nafkah”
Sementara Meyers (2009) yang mengatakan bahwa pariwisata adalah “aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya”.
Namun banyak yang bergeser termasuk tujuan berwisata. Dimasa millenial ini perjalanan wisata juga menjadi lahan nafkah bagi sebagian orang, sebut saja travel blogger, travel vlogger, hotel reviewer.
Kalau dibilang bahwa maksudnya Hunzieker dan Kraff serta Meyers adalah tidak mencari nafkah di tempat yang sedang dikunjungi, hmm… saat ini tidak juga ya. Itu akibat apapun serba digital termasuk menjadi penulis dan menerima imbalan dari tulisannya.

Selain Bahasa Sansekerta, saat ini juga banyak Bahasa Inggris yang kemudian lazim digunakan sehari-hari untuk mengungkapkan perjalanan wisata, seperti trip, travel, tour serta journey. Sekilas nampak sama, tapi kalau dijabarkan definisinya ternyata ada perbedaannya.
Apa itu?
1. TRIP
“Trip” bermakna perjalanan atau bepergian dalam waktu singkat dan pasti kembali lagi ke tempat asal. Selain digunakan sebagai sebutan untuk liburan singkat juga dipakai untuk menyebut perjalanan bisnis ke luar kota (business trip).
2. TRAVEL
Kata “travel” berarti perjalanan/bepergian ke suatu tempat yang jauh namun tidak memiliki tujuan/ jangka waktu tertentu.
3. TOUR
Sedangkan “tour” berarti tur/perjalanan wisata yang dilakukan dengan cara berkeliling ke beberapa tempat-tempat wisata yang ada di suatu daerah.
4. JOURNEY
Kata “journey” memiliki makna perjalanan panjang dan memakan jarak yang sangat jauh. Hingga perjalanan hidup pun disebut dengan journey.
Nah, itu makna kata “wisata” serta padanan katanya dalam beberapa bahasa yang berbeda. Jadi jika suatu hari hendak menggunakan kata-kata yang sudah disebutkan tadi, pastinya kita jadi lebih tahu apa yang ada dibalik kata itu dan bagaimana penggunaan yang pas.
========
Utami Isharyani
IG: @utamiisharyani
FB: @ranselsaya
Email: utamiisharyani@gmail.com