Ada rasa sakit yang nggak bisa dijelasin dengan kata-kata yaitu sebuah perpisahan yang tidak pernah diucapkan.

Bukan soal berpisahnya itu sendiri, tapi lebih ke keheningan yang tertinggal setelahnya. Kayak ada lubang yang nggak bisa ditutup, pertanyaan-pertanyaan yang menggantung tanpa jawaban, momen-momen yang nggak pernah diselesaikan. Rasanya kayak digantung di tengah-tengah, antara apa yang sudah terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.

Kenapa (Normalnya) Kita Butuh Jawaban?

Kadang kita berharap ada alasan yang jelas, ada kata-kata perpisahan yang bisa bikin hati lebih tenang. Tapi nyatanya, hidup nggak selalu ngasih kita kepastian yang kita mau.

Kita bisa aja ngulang-ngulang semua yang udah terjadi di kepala kita, mencari kesalahan, bertanya-tanya, “Harusnya gue ngomong ini nggak ya?” atau “Mungkin kalau gue ngelakuin ini, semuanya nggak bakal berakhir begini.” Tapi ya, hidup nggak selalu bekerja sesuai ekspektasi kita.

Tapi…

Kenyataan yang harus diterima adalah: nggak semua cerita punya akhir yang rapi. Kadang, ada bab yang tiba-tiba selesai tanpa peringatan, tanpa kesempatan buat ngucapin selamat tinggal. Dan itu nyakitin. Tapi di balik rasa sakit itu, ada sesuatu yang bisa kita pelajari.

Kita dipaksa buat ngerti bahwa kita nggak bisa ngontrol segalanya. Kita bisa memilih buat nyari kedamaian dari dalam diri sendiri, bukan dari jawaban yang nggak pernah datang.

Baca Juga: Melepas Belenggu; Penderitaan Seringkali Bukan dari Orang Lain

Filsuf Juga Bahas Tentang Ini

Banyak pemikir dan filsuf yang ngomong soal ini. Marcus Aurelius misalnya, dia bilang kalau ketenangan itu datang dari dalam diri sendiri, bukan dari dunia luar. Seneca juga bilang, banyak dari penderitaan kita itu bukan karena kejadian yang terjadi, tapi karena ekspektasi kita terhadap bagaimana sesuatu seharusnya terjadi.

Intinya? Kita harus belajar buat melepas harapan buat dapat jawaban, dan mulai menemukan ketenangan sendiri.

Baca Juga: Kerjakan yang Dalam Jangkauan

Keheningan Itu Ruang Bertumbuh

Memang nggak gampang. Rasa sakit dari perpisahan yang nggak pernah terucap itu butuh waktu buat sembuh. Tapi perlahan, kita bisa mulai melihat bahwa nggak semua hal harus punya jawaban.

Bagian dari cerita yang nggak terselesaikan itu di mata kita sebagai manusia. Di mata Tuhan, bisa jadi itu adalah sebuah caraNya menyelamatkan kita.

Di dalam sebuah kejadian yang nggak enak seperti ditinggal tanpa saying goodbye, ada ruang buat kita bertumbuh.

Jika keheningan tanpa jawaban itu kita hadapi dengan tenang, kita akan mulai bisa melihat dengan lebih jernih. Seperti permukaan kolam, jika ia beriak, maka kita tidak bisa melihat apa yang da di dalamnya meskipun airnya jernih. Untuk melihatnya, butuh permukaan yang tenang terlebih dulu.

Hati kita pun begitu. Dalam hati yang tenang, kita akan mulai bisa mendengar hikmah-hikmah yang dibisikkan Tuhan melaluinya. Apa di dunia ini yang lebih baik dari itu?

Kita nggak ditentukan oleh kehilangan yang kita alami, tapi oleh bagaimana kita memaknainya dengan positif. Dan memaknai dengan positif tidak akan bisa tanpa kehadiran Tuhan. Mungkin kehilangan adalah cara Tuhan supaya kita kembali bicara padaNya.

Jadi sekarang pikirkan lagi, apakah rasa gamang dan kecewa karena ditinggal ‘menggantung’ melebihi makna adanya Tuhan yang menemani curhat dan menguatkan kita selama ini?

Pada waktu yang berbeda, dalam sebuah kajian, guru saya berkata begini,

“Kita harus bersabar atas treatment Allah Ta’ala. Mau dibolak-balik atau bagaimana pun, selama yang memegang adalah Allah, ya biar saja. Mau ada orang yang meneriak-neriaki, atau ada yang memfitnah, biarkan saja. Tidak ada yang tak terpikul selama kita berserah diri kepada Allah.

Kalau pun ada fitnah ini-itu, ya biar saja. Toh perut tidak lapar. Masih bisa menikmati ini itu. Tidak dibuat stress dengan masalah. Masih bisa menikmati film di bioskop 21, masih bisa mendengarkan lagu-lagu yang bagus, masih bisa menikmati Al-Quran.

Terlampau banyak kenikmatan yang melimpah dibandingkan dengan sedikit cibiran atau apa pun itu. Sungguh tidak adil kalau kita mengeluhkan kehidupan. Hidup itu sudah sangat menyenangkan. Malu kalau disakiti sedikit saja, masih juga cengeng.”
— ZAJT, 21 Januari 2023 —

Sebuah nasihat yang saya simpan dan selalu bermanfaat hingga saat ini untuk saya dalam keadaan apapun. Mungkin juga akan bermanfaat untuk kamu, insya Allah.***