Bercermin pada nasihat sang guru bahwa pikiran adalah rajanya jasad, belajar bahwa segala sesuatu pasti ada kebaikan didalamnya adalah sesuatu yang harus dilakukan tanpa terputus.
Bahkan dalam hal yang nggak enak, sepet, getir, bikin panas hati, atau hal yang bikin seperti menelan biji kedondong, semua ada kebaikan didalamnya.
Dalam kejadian laptop rusak yang saya alami misalnya, saya sadar bahwa saya harus memilih tugas-tugas apa yang boleh saya kerjakan dan melepas yang tidak haq-nya saya. Meskipun saya tahu dan bisa bilang “I am good at it“.
Saya harus fokus pada hal yang bukan hanya bisa saya kerjakan dengan baik, tapi juga bisa saya kerjakan dengan hati bernyanyi.
Dalam kejadian lain ketika saya belanja suplemen yang ternyata tidak bermanfaat (untuk saya), saya belajar untuk mendawamkan doa agar diberikan petunjuk apakah saya sebaiknya beli atau nggak. Bagus di orang lain belum tentu di saya.
Jaman sekarang pasar ada dimana-mana. Jadi doa masuk pasar ya baiknya dibaca setiap mau bertransaksi. Minimal bismillahirrahmanirrahim, kalau nggak hafal.
Pelajaran “menelan biji kedondong” akibat membeli suplemen itu juga membuat saya memahami bagaimana rasanya punya hutang. Jadi saya punya empati juga sama orang yang berhutang. Minimal empati dan mendoakan orang lain yang kesulitan keluar dari hutangnya.
Berpikir positif adalah hal yang dalam jangkauan saya, untuk saya perbaiki.
Belajar melepaskan apa yang tidak baik untuk saya meski kelihatannya baik secara umum.
I learn to let go of people, things, thoughts, and habits which get in the way of my personal growth and joy.