“Sudah memasuki pertengahan Oktober kok masih musim kemarau ya?” ujar saya dalam hati sesaat setelah menginjak lobby gedung kantor. Cuaca memang masih panas tanpa ampun, hingga terbayang-bayang menyeruput Herbadrink Lidah Buaya dingin untuk meredakan suhu tubuh yang sempat terbakar matahari sepanjang bermotor dengan babang ojek.

Sebenarnya saya baru tahu mengenai varian herbadrink yang satu ini, biasanya kalau ke supermarket hanya mengambil Herbadrink Sari Jahe dan Herbadrink Sari Temulawak, begitu melihat Herbadrink Lidah Buaya, saya langsung terbayang kesegarannya, tapi ternyata penilaian pada pandangan pertama tidak selalu seratus persen betul, sebenarnya kesegaran Herbadrink Lidah Buaya adalah nilai tambah dari fungsi utamanya, yakni melancarkan buang air besar tanpa melilit, kebayang dong saat mendadak melilit…hati ketar-ketir, mata larak-lirik, eh ngga bisa menemukan toilet…trus gimana dong? Terapi pegang batu? Hihihi… Herbadrink Lidah Buaya ngga se-tega itu, jadi urusan perut beres tanpa perlu was-was mendadak melilit.

Hari itu seperti umumnya pekerja Jakarta, saya bekerja hingga malam, jam 7 malam tepatnya. Saat menunggu babang ojek online menjemput, tiba-tiba hujan tumpah, seperti menjawab pertanyaan saya pagi hari tadi. Saya langsung berlari masuk kembali ke lobby kantor, tidak ingin kehujanan.

Ternyata hujan malam itu adalah pembuka hujan-hujan di hari berikutnya… Jakarta lebih sejuk dengan hujan-hujan yang mampir beberapa kali, dibalik senangnya hati, saya mempersiapkan diri untuk hujan-hujan di hari berikutnya, payung langsung masuk tas dan nambah stok Herbadrink Sari Jahe.

Hari ini adalah hari keempat setelah hujan pertama dibulan Oktober kemarin, meski hujan belum merata di seluruh Jabodetabek, vitalitas tubuh menyambut musim penghujan harus tetap nomor satu. Untuk saya, di akhir minggu ini saya memiliki waktu untuk beristirahat dirumah, tidak seperti minggu-minggu lalu yang padat dengan jalan-jalan dan jalan-jalan.

Sambil beristirahat mengendurkan syaraf otot dan melepaskan penat pikiran saya mengingat kembali kesukaan yang sempat hilang: menggambar. Berhubung saya bukan penggambar rutin, saya hanya memiliki beberapa perlengkapan saja; sketch book, cat air, kuas, dan palet, memiliki perlengkapan yang terlalu beragam bisa-bisa mubazir karena saya jarang pakai, toh bisa pakai apa saja yang saya punya, seperti cotton bud, spons, dan sebagainya, ngga ada kuas spons, spons bedak pun dapat digunakan (asalkan setelah itu tidak digunakan kembali untuk berbedak)….

Saya menggambar menghadap jendela kamar memandangi taman kecil diteras yang terlihat segar setelah diguyur hujan semalam, sembari sesekali berselancar di internet mencari inspirasi.

Hari ini dua gambar yang saya buat, laut dan matahari sebagai gambar pertama, bunga sebagai gambar kedua. Kali ini saya menggunakan cotton bud sebagai pendamping kuas yang hanya dua. Oiya, sebelum lupa, dulu saya hanya tahu kuas yang berujung lancip, ternyata saya salah, ujung kuas pun macam-macam, seperti kuas berbentuk trisula yang saya pakai ini.

Disela-sela menggambar, langit kembali mendung, kalau menurut prakiraan cuaca, hari ini memang akan turun hujan hingga beberapa hari kedepan.

Prakiraan cuaca beberapa hari kedepan

Saya beralih ke dapur mengambil Herbadrink Sari Jahe dan menuangkannya kedalam air hangat, jahe memang andalan saat tubuh dirasa kurang fit karena masuk angin dan kembung. Sekarang ngga perlu susah merebus jahe untuk mendapatkan khasiat alaminya, cukup seduh Herbadrink Sari Jahe dengan air hangat, dan meminumnya hangat-hangat. Menikmati sore berselimut mendung, duduk diteras sambil menyeruput Sari Jahe itu rasanya surga.