Pernah ngga sih di titipin oleh-oleh saat traveling ke suatu tempat? males khan yah, sampai banyak anjuran untuk tidak meminta oleh-oleh atau menitip suatu barang kecuali ada ongkos alias jastip.

Nah, bagaimana kalau yang nitip itu bukan manusia melainkan Tuhan?

eeeww, berat amat bahasannya?

Bukan gitu, sadar ngga sadar tiap orang khan mendapatkan titipan, mau titipan yang nampak enak seperti banyak duit buat traveling sampai titipan yang nampak berat seperti yang saya terima sejak tahun 2012.

Tahun itu saya baru mengetahui bahwa saya memiliki tulang yang ngga lazim bentuknya yang dikenal dengan nama skoliosis.. Seiring sejalan, saya pindah dari satu dokter ke dokter lain dan mencoba akupunktur… Dengan kemiringan tulang lumbar saya waktu itu, 13Ā° ke kanan, yang berimbas pada kemiringan di tulang punggung saya ke kiri sebesar 7Ā° dan tulang leher. Kemiringan pada tulang lumbar mengakibatkan kaki saya kebas.

Most of the doctor gave me pain killers and suggest me to have surgery, but I don’t think I need it.

Barulah pada dokter ke empat, saya diminta membuang semua pain killer.. Yes, literally keep the pain killer away, “because it only trick your brain, but the pain is still there” She said.

Dan kemudian dia mengajarkan saya teknik yang namanya Pain Management, yang isinya: Berenang, Yoga, Pilates, dan melarang bentuk olahraga angkat beban. Saya hanya diperkenankan fisioterapi saat 3 hal tadi ngga berhasil mengurangi sakit saya… It went well until I have another diagnose: Psoriasis Arthritis.

kemudian pada 2015, entah bagaimana awalnya, tiba-tiba suatu hari kulit saya dengan mudahnya terkelupas, kulit kepala, belakang telinga, leher, tengkuk, pundak, pinggang, betis, bahkan kelopak mata.

Yang terparah adalah saat lapisan epidermisnya sudah habis, hanya lapisan dermis.. Merah, gatal dan perih jadi satu. Wajar lah, dermis belum punya mekanisme pertahanan seperti epidermis.

Dan proses pengelupasan itu terus berlangsung meskipun kulit saya hanya lapisan dermis saja.

Dokter mendiagnosa kondisi saya sebagai psoriasis dermatitis, suatu auto-imun yang menyerang kulit, tidak menular tapi merupakan kondisi genetik.

Obat topikal dari dokter sama sekali ngga ada efeknya, sampai dokter memberikan saya methothexate, atau yang biasa disebut MTX.

MTX ini adalah obat penekan sistem imunitas tubuh yang biasa digunakan oleh penderita kanker dan orang dengan psoriasis seperti saya.

MTX ngga punya imbas banyak dengan psoriasis saya, hingga akhirnya penggunaan MTX pun dihentikan, sekaligus memberhentikan obat topikal sebelumnya untuk diganti dengan satu krim topikal untuk menekan keagresifan pengelupasannya.

Di suatu waktu, muncul kondisi nyeri pada tulang, yang ternyata auto imun yang merupakan saudara kembar dari psoriasis dermatitis, yaitu psoriasis arthritis…

Dimana ada psoriasis dermatitis, bisa dipastikan ada psoriasis arthritis…

Awalnya saya pikir nyeri di tulang itu bisa hilang dengan stretching, tetapi saat psoriasis arthritis ini menyerang, mengangkat tangan saja ngga sanggup.

Akhirnya hari itu saya habiskan dengan mengompres tulang yang nyeri dengan air hangat dan air es secara bergantian.. Karena ngga mau lagi minum MTX.

Sampai saat ini titipan itu masih ada, bersembunyi di lorong rahasia dalam jasad saya.

Sebagai tukang traveling seperti saya, titipan ini bisa saja dengan mudah saya nisbatkan sebagai sebuah petaka, sulit kesana kemari karena apa yang Dia berikan. Tapi disisi lain, saya jadi menyadari tiga hal: Penerimaan, memaknai ibadah dan memaknai halalan thayiban.

I accept them to be part of me, menjadikannya sesuatu yang normal, seperti setiap orang dititipi hal yang berbeda-beda olehNya.

Seperti teman saya, Dina yang dititipi sinus, atau Erika yang gampang meriang kalau kena udara dingin.

Penerimaan adalah pintu gerbang meredanya gejolak emosi yang pada akhirnya meredakan tingkat stress. Dan dengan menurunnya tingkat stress, turun pula agresifitas Auto-imun.

Penerimaan membuat saya memaknai kembali bahwa halal belum tentu baik bagi seseorang. bukan hanya soal makanan tapi juga soal olahraga. yoga, pilates dan renang adalah olahraga yang baik bagi penyintas skoliosis dan Auto-Imun seperti saya. Suatu bentuk pelajaran untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh tubuh saya, menikmati setiap gerakan yoga bukan hanya untuk skoliosis dan auto imun saya, namun juga untuk penerimaan diri saya secara keseluruhan.

Baca juga: Tips Perjalanan Bagi ODAI dan Penyintas Skoliosis

Penerimaan membuat saya juga belajar memaknai kembali ibadah saya, akhirnya saya paham bahwa ibadah-ibadah yang sudah dilakukan banyak menyematkan saya saja, keegoisan saya, meledak-ledak meminta ini itu. Bukan ibadah dalam rangka menjalin komunikasi antara saya dengan Allah, Tuan Segala Kehidupan.

Lupa bahwa saya ini bukan cuma pejalan secara fisik. Jalan ke Belitung, Flores, Maluku hanya miniatur dari perjalanan saya bersama Dia, Sang Tuan Segala Perjalanan. Akhirnya penerimaan itu membuat saya menyelam dalam kebersamaan dengan Dia yang menjadi teman duduk bagi orang yang mengingat-Nya.

Everything still on process, tapi berhubung ngga ada rejeki yang tertukar, buat apa mengeluh?

Apa yang terlihat sebagai sebuah petaka ini adalah mekanisme-Nya untuk menjaga saya. Penjagaan-Nya adalah tanda cinta.

Jadi, penjagaan Tuhan saya yang manakah yang sanggup saya dustakan?

16 Ramadhan 1438H

========================

šŸ“· by : @oarinandy

About Auto-immune: 

http://www.healthline.com/health/autoimmune-disorders#diagnosis5

https://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of_autoimmune_diseases

Ditulis kembali dari website saya lainnya: Saya dan TitipanNya