Penasaran dengan Pulau Leebong yang digadang-gadang dengan kategori luar biasa di Trip Advisor, Melanconglah saya dan teman-teman ke Leebong… Singkat kata, sesampainya kami di Pulau Leebong, kami yang kelaparan langsung menuju gazebo rumah makan dimana surga kedua dihari itu terhampar di meja makan.
Sengaja saya mengambil semuanya serba sedikit, meniru kebiasaan chef-chef pada acara lomba masak di televisi… Dicobain dulu serba sedikit, setelah itu makan yang paling enak.. Tapi ternyata lidah saya bilang, semuanya enak, jadi nambah deh dengan suka hati..
Ada kepiting goreng kering, tumis kangkung, ayam goreng, cumi goreng tepung, ikan bakar kecap dan bakso ikan plus pepes ikan yang konon adalah ciri khas Pulau Leebong. Semua bahan makanan diolah sendiri di dapur rumah makan, termasuk bakso ikan dan pepes ikannya…
Dan benar saja, pepes ikan yang disuguhkan memang belum pernah saya rasakan sebelumnya, paduan antara kunyit dan nanas menciptakan rasa yang unik di lidah.. Seperti paduan antara makanan India yang mayoritas berbahan dasar kunyit dengan makanan Thailand yang biasanya didominasi rasa asam. Ikan yang digunakan bisa apa saja, namun yang kali ini beruntung saya cicipi adalah ikan ekor kuning.
Setelah perut saya bahagia dengan makanan lezat, saya bersama teman-teman saya beristirahat sebentar sebelum kembali berangkat ke Pulau Pasir Timbul
Leebong hari itu nyaris full booked, hingga akhirnya kami mendapatkan villa yang terpisah-pisah.. Mbak Rien dan Mas Arif di Villa Zara, sementara para pria lainnya di Villa Sikas, dan para wanita termasuk saya di Villa Barata lantai atas.

Di teras Villa terdapat satu kursi kayu yang bisa di setting posisinya, mau posisi duduk atau berbaring.. Dan ada satu hammock tebal berwarna hitam..
Keduanya memang di buat untuk bersantai, namun jika boleh memilih, saya akan pilih hammock hitam. Dengan angin sepoi-sepoi pasti saya akan tertidur pulas disini…Tapi ternyata itu hanya khayalan, Karena Berbi dan Lala menempati hammock ini aplusan.. Nyerah deh…
Saya melongok kedalam Villa Barata, wangi cendana yang menguar dari kursi kayu berhasil menciptakan suasana masa lalu melalui aromanya, sementara dominasi kayu menciptakan rasa nyaman sekaligus teduh.

Kemudian saya terpaku pada salah satu sudut yang berhasil memikat hati saya dengan nakas panjang dan kursi goyang-nya. Tempat yang pas untuk membaca novel yang saya bawa sembari menikmati secangkir coklat hangat… Apalagi saat Mbak Ima memindahkan teko air panas, gelas dan segala macam minuman seduh instan disini.. Weleh, alamat mager lebih lama nih..

Oiya, karena saya kecipratan budaya millenials, saya selalu mencari dua hal disetiap trip saya: signal dan colokan. Dan Villa Barata lantai atas ini setidaknya memiliki 6 colokan. Cukup lah untuk nge-charge smartphone, baterai Go Pro, dan baterai DSLR secara bersamaan.
Screening terakhir saya di kamar ini adalah kamar mandi. Buat saya, zonk banget deh kalau dapat kamar yang nyaman tapi kamar mandi yang ble’e (alias ngga banget).. Jadi saya ingin membuktikannya apakah kamar mandinya sanggup mengimbangi kenyamanan sudut kursi goyang dan hammock hitam.
Dan yes, ini penampakan kamar mandinya… Semua ditata ala bintang lima, fasilitas lengkap termasuk hair dryer.. Poin plus-plus lah bagi saya..

Lepas screening di villa ini, saya melipir ke Villa Zara, tempat Mbak Rien menginap..
Villa yang instagrammable ini dibangun di atas sebuah pohon yang masih hidup, untuk menuju ke villa, saya perlu menaiki tangga kayu yang pegangannya sengaja dibiarkan mengikuti bentuk asli kayu..
Villa ini diberi nama Zara sesuai dengan nama anak dari Gus Imin atau yang lebih dikenal dengan nama Muhaimin Iskandar.
Villa berkapasitas 2 orang ini tak kalah lengkap dengan Villa yang saya inapi dan ngga kalah nyaman, lihat saja terasnya, akan malas rasanya untuk beranjak jika duduk disini ditemani angin sepoi-sepoi dan teh hangat.
Minuman Khas
Dipagi yang hujan, kami diajak Chris, guide kami di Pulau Leebong untuk berkumpul di pendopo restoran, ia menyuguhkan gelas-gelas sloki berisi air yang katanya khas Pulau Leebong dalam menyambut tamu, dan para tamu wajib meminumnya bersamaan dalam sekali teguk.
Wah, dikepala saya sudah berpikir air jahe atau air teh, tapi kok air di gelas-nya Mas Elton warnanya lebih gelap daripada lainnya ya?
Chris langsung memberi aba-aba “oke, dalam hitungan 3 diminum langsung ya, 1…2…3…”
Sebagai tamu yang baik, kami meminumnya serempak dalam sekali minum… fyuh, gelas saya betul berisi air teh… Tapi wajah Mas Elton terlihat berbeda, seperti menahan suatu rasa yang ada… Di saat air muka Mas Elton begitu rupa, kami serempak menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Mas Elton…
Ya, hari itu bertepatan dengan ulang tahun Mas Elton yang kami rayakan dengan satu sloki kecap asin yang DIMINUM DALAM SEKALI TEGUK tanpa di sembur oleh Mas Elton..
Selamat ulang tahun Mas Elton, semoga kecap asinnya selalu terkenang.. 😜
Tonton aksi Mas Elton minum kecap di sini
Tour de Leebong
Leebong sangat mengerti kebutuhan keluarga yang berkunjung kesini, selain berenang dan bermain pasir nan putih, Leebong juga menyediakan fasilitas untuk keriaan yang lain, seperti Hammock diatas air, gazebo, ayunan, sepeda untuk berkeliling pulau dan paddle board.
Namun karena hujan, kali ini kami hanya berkeliling sebagian pulau saja, berjalan kaki menikmati bagian pulau yang dipenuhi rerimbunan pohon..
Sembari berkeliling, kami diajak mengenali beberapa flora asli Pulau Leebong seperti pohon kayu putih (Meialeuca leucadendra), pohon simpor (Dillenia beccariana), pinus teratai, pohon sikas, buah karamunting (tumbuhan dari famili Melastomataceae), dan jambu nasi (Syzygium zeylanicum).
Saya sempat mencicipi jambu nasi, warnanya putih, berbentuk bulat kecil-kecil dan rasanya mirip sekali dengan jambu air. Juga satu buah khan Pulau Leebong yang bentuk buahnya mirip jambu klutuk dengan ukuran mini namun saat dibuka, isinya seperti delima… Karamunting, namanya..

Ditengah jalan kami menemui batang pohon yang tumbang menghalangi jalan, Chris, sigap hendak menyingkirkannya, namun kami lebih sigap berpose sebelum Chris menyingkirkannya.
Konon Pulau ini juga ditinggali oleh beberapa ekor kijang, sayangnya kali ini kami tidak melihat satupun karena hujan, entah mereka berteduh dimana.
Gazebo Timbul Terendam
Diujung jalan, kami berjalan ke bibir pantai Leebong yang memiliki karakter seperti Pantai Pasir Burung, surut disiang hari sehingga dapat menuju gazebo dengan berjalan kaki tanpa basah, pasang di malam hari sehingga tangga gazebo terendam air laut..
Jika pagi tadi cuaca cerah, sebenarnya kami berniat menangkap momen matahari terbit disini sambil menyeruput teh panas. Namun apa daya, pagi tadi hujan sangat deras…
Namun justru karena hujan itulah kami memiliki pantai ini untuk kami sendiri…

Di saat seperti ini, saya akhirnya menyadari bahwa langit yang muram, ngga mampu membuat kebersamaan kami ikut kelabu, bahkan air yang menitik menjadi elemen yang mampu kami nikmati, basah bukan masalah.
Jika Leebong dapat dinikmati saat mendung dan hujan (bahkan oleh seorang petualang kecil bernama Lala), pastinya Leebong juga dapat dinikmati saat cuaca cerah.
Kesimpulan itu membuat saya ingin kembali ke Pulau Leebong. Di kepala, sudah banyak rencana untuk kali lain saya ke Pulau Leebong..
Lepas subuh, saya akan mengajak teman-teman saya untuk langsung ke gazebo untuk menikmati pijar fajar, dan jingga-nya yang merekah di langit.
Kemudian, saya akan berkeliling dengan sepeda, siapa tau kali itu saya akan bersua dengan kijang-kijang penghuni pulau.
Sembari melihat Lala bermain, saya bisa berayun di hammock yang sengaja diletakkan diatas air, atau ikut serta bermain paddle board… Atau, dengan sedikit ketengah laut, saya bisa bertamu ke Negeri Dewa Neptunus.
Ah, angan itu begitu nyata di pelupuk mata seraya berkata “Leebong, tunggu kami kembali…”
======
Ingin ke Pulau Leebong, cek keriaannya disini:
* One Day Trip (pulang di hari yang sama):
1. Kapal umum: berangkat mulai Pukul 10 pagi, maksimum 4 pax, @ Rp. 465.000/pax. Keberangkatan bergabunh dengan pengunjung lain.
2. Kapal khusus: 5 hingga 9 pax, @ Rp. 412.000 namun jika 10 pax atau lebih, harga menjadi @ Rp. 372.000
Paket tersebut sudah termasuk: ongkos kapal (PP), trip ke Pulau Pasir Timbul, mengarungi rimbunnya Hutan Bakau, makan siang menu lengkap, karaoke dan keriaan lain seperti: paddle board, volley, futsal, bersepeda, kayak, dsb).
*Jika menginap:
mendapatkan semua fasilitas yang berlaku di One Day Trip, ditambah: Sarapan dan makan malam (BBQ), Free diving trip, snorkling, api unggun, dengan harga villa sebagai berikut:
1. Villa Pohon (Zara Villa): Rp. 4.800.000/malam/2 orang.
2. Villa Barata: kamar atas saja Rp. 6.000.000/malam/8 orang, Kamar bawah saja Rp. 2.500.000/malam/kamar/2 orang. Atau jika booking keseluruhannya seharga Rp. 8.600.000
3. Villa Centra: Rp. 4.800.000/malam/4 orang
4. Tenda: Rp. 750.000/malam/orang (minimal 5 orang).
Tambahan lainnya :
Tambahan makan siang: 125.000/pax
Extrabed: Rp. 750.000/pax
Diskon untuk anak usia 3-9 tahun sebesar 20%, dan gratis untuk. Anak umur 1-3 tahun.
Pepesnya sukses membuatku kangen makanan Leebong lagi. Semoga kelak ada kesempatan buat kesana lagi di cuaca yang lebih bagus biar bisa berfoto di indahnya pantai dan langit biru.
SukaSuka
Diawali dengan cerita dan foto tentang makanan, sukses bikin aku ngiler2 lagi. Mencari-cari foto pisgor pasir Leebong, tak ketemu. Ya wis aku bayangkan saja 😀
Aku baru ngeh kalau tangga villa Zara itu dibuat mengikuti apa adanya bentuk kayu, terutama pegangannya. Ide berfoto di tangga itu bagus sekali Tami. Tak terpikir olehku.
Ulasan yang lengkap dan detail ini menggambarkan betapa Leebong adalah destinasi sempurna untuk liburan yang tak terlupakan. Nice share!
SukaSuka
Thank u mbak.. iya nih, Pisang pasirnya terngiang-ngiang terus..
SukaSuka
Aku maaauu ulaaaang lagiii , foto di Gazebo timbul tenggelam saat ada air dibawahnya. Pasti nggak kalah seru dengan saat rintik hujan. ^_^ Leebong, i’m in love.
SukaSuka
sebenernya nama gazebo nya pasti bukan itu, tapi biar gampang ingetnya aku kasih nama.. hihihi
SukaSuka